Cerita
Rakyat dari Aceh
Alkisah, di Negeri Nanggroe Aceh
Darussalam, Indonesia, hiduplah seorang Raja yang adil dan bijaksana. Sang Raja
mempunyai seorang permaisuri yang sedang hamil tua. Suatu ketika, sang Raja
pergi berburu binatang ke hutan. Ketika itulah permaisurinya melahirkan seorang
anak laki-laki yang tampan di istana, dan diberinya nama Banta Seudang. Namun,
malang nasib bagi sang Raja, karena ia tidak bisa melihat wajah tampan
putranya. Kedua matanya buta terkena ranting kayu saat berburu di hutan. Sejak
saat itu, ia tidak dapat melaksanakan tugas-tugas kerajaan lagi. Oleh karena
Banta Seudang masih bayi, maka tahta kerajaan ia serahkan untuk sementara
kepada adik kandungnya
raja: oh adikku purbangkara, aku sekarang tak mampu untuk memimpin kerajaan, karena kau tau sendiri keadaanku sehat wal afiat, bukan maksudku karena aku sudah tidak dapat melihat lagi, maka kuserahkan kerajaan untuk sementara kepadamu hingga banta dewasa
purbangkara: baik kakanda hamba dengan senang hati melaksanakannya
Namun, sang Adik yang baru diangkat menjadi raja itu sangat licik dan serakah. Ia membuatkan sebuah rumah agak jauh dari istana untuk tempat tinggal kakaknya bersama istri dan Banta Seudang. Raja baru itu setiap hari mengirim bantuan makanan untuk kebutuhan sehari-hari sang Kakak bersama keluarganya.
raja: oh adikku purbangkara, aku sekarang tak mampu untuk memimpin kerajaan, karena kau tau sendiri keadaanku sehat wal afiat, bukan maksudku karena aku sudah tidak dapat melihat lagi, maka kuserahkan kerajaan untuk sementara kepadamu hingga banta dewasa
purbangkara: baik kakanda hamba dengan senang hati melaksanakannya
Namun, sang Adik yang baru diangkat menjadi raja itu sangat licik dan serakah. Ia membuatkan sebuah rumah agak jauh dari istana untuk tempat tinggal kakaknya bersama istri dan Banta Seudang. Raja baru itu setiap hari mengirim bantuan makanan untuk kebutuhan sehari-hari sang Kakak bersama keluarganya.
Waktu
terus berjalan. Banta Seudang tumbuh menjadi remaja yang tampan. Ia pun mulai
bertanya-tanya kepada ibunya tentang siapa yang memenuhi kebutuhan hidup mereka
sehari-hari, padahal ayahnya buta.
Banta.
:“Maaf, Ibu! Bolehkah aku bertanya sesuatu kepada Ibu,”
Ibu
:“Ada apa, Anakku? Katakanlah!”
Banta
:“Dari mana kita mendapat makanan setiap hari, padahal Ayah tidak pernah
bekerja?”
Ibu
:“Ketahuilah, Anakku! Kebutuhan hidup sehari-hari kita dibantu oleh Pakcikmu
yang kini menjadi Raja,”.
Banta
:“Pakcik baik hati sekali ya Bu.
“Iya,
Anakku!” jawab sang Ibu sambil tersenyum seraya membelai-belai rambut si Banta.
Pada
suatu hari, sang Ibu bersama Banta Seudang pergi menghadap sang Raja. Di
hadapan Raja, sang Ibu memohon kepada Raja untuk membantu Banta Seudang agar
bisa bersekolah. Namun, permohonan sang Ibu ditolak oleh sang Raja.
Ibu:
purbangkara tolonglah kau sekolahkan banta supaya diakelak dapat menjadi raja yang bijaksana
purbangkara:“Dasar kalian tidak tahu diri! Dikasih sedepa minta sejengkal pula. Bukankah semua kebutuhan hidup sehari-hari kalian telah aku penuhi!!!
ibu: tapi?
purbangkara: cepat pergi ku bilang!!!!
ibu: ayo kita pergi nak
banta: baik bu
purbangkara:“Dasar kalian tidak tahu diri! Dikasih sedepa minta sejengkal pula. Bukankah semua kebutuhan hidup sehari-hari kalian telah aku penuhi!!!
ibu: tapi?
purbangkara: cepat pergi ku bilang!!!!
ibu: ayo kita pergi nak
banta: baik bu
Alangkah
sedihnya hati sang Ibu mendengar bentakan itu. Ia pun mengajak Banta kembali ke
rumah. Sesampainya di rumah, Banta Seudang berusaha menenangkan hati ibunya.
Banta:“Sudahlah,
Bu! Ibu tidak usah bersedih begitu. Kita seharusnya bersyukur karena Pakcik
sudah banyak membantu kita,”
Ibu:“Banta!
Kamu memang Anakku yang baik. Tapi, kamu harus sekolah seperti teman-teman
sebayamu,”
Mendengar
perkataan itu, si Banta tiba-tiba berpikir bahwa apa yang dikatakan ibunya itu
benar. Maka timbullah pikirannya untuk mencari obat mata untuk ayahnya. Jika
kelak ayahnya bisa melihat lagi, tentu sang Ayah bisa mencari nafkah sendiri
dan dapat membantu biaya sekolahnya.
Pada
suatu hari, Banta Seudang menyampaikan niatnya kepada ibunya.
Banta:“Bu,
Banta ingin pergi mencari obat mata untuk Ayah agar dapat kembali bekerja
seperti biasanya dan Banta pun bisa sekolah,”
Ibu:
“Baiklah, Anakku! Ibu merestuimu. Pergilah mencari obat mata untuk Ayahmu. Ibu
doakan semoga kamu berhasil,”.
Ayah:
berhati hatilah putraku
Keesokan harinya, dengan bekal seperlunya, berangkatlah Banta Seudang untuk mencari obat. Ia berjalan seorang diri menyusuri hutan belantara, menyeberangi sungai, menaiki gunung, dan menuruni lembah-lembah. Setelah berbulan-bulan berjalan, ia pun tiba di sebuah hutan rimba yang dipenuhi oleh pohon-pohon besar. Di tengah hutan itu, ia menemukan sebuah balai. Ia pun memutuskan untuk melepas lelah di balai itu. Ketika sedang merebahkan tubuhnya, tiba-tiba hatinya bertanya-tanya.
Keesokan harinya, dengan bekal seperlunya, berangkatlah Banta Seudang untuk mencari obat. Ia berjalan seorang diri menyusuri hutan belantara, menyeberangi sungai, menaiki gunung, dan menuruni lembah-lembah. Setelah berbulan-bulan berjalan, ia pun tiba di sebuah hutan rimba yang dipenuhi oleh pohon-pohon besar. Di tengah hutan itu, ia menemukan sebuah balai. Ia pun memutuskan untuk melepas lelah di balai itu. Ketika sedang merebahkan tubuhnya, tiba-tiba hatinya bertanya-tanya.
Banta:
‘Kenapa ada balai di tengah hutan ini? Wah, pasti ada orang yang tinggal di
sekitar sini,”
Ternyata
benar. Menjelang waktu Ashar, tiba-tiba beberapa orang berjubah putih datang ke
balai itu. Mereka lalu melakukan shalat secara berjamaah. Dengan hati
bertanya-tanya, Banta hanya diam sambil memerhatikan perilaku orang-orang
tersebut. Beberapa saat kemudian, Banta tiba-tiba melihat sebuah peristiwa
ajaib. Begitu selesai shalat, orang-orang yang berjubah putih tersebut
tiba-tiba menghilang dari pandangan matanya. Rupanya, Banta tidak tahu bahwa
mereka itu adalah arwah-arwah para Aulia (Wali) Allah.
Banta:
kamana mereka pergi?
Setelah
menyaksikan peristiwa itu, Banta kemudian berpikir akan mendekati imamnya
ketika para Wali tersebut melaksanakan shalat.
Banta:“Jika
mereka selesai shalat, aku akan langsung memegang tangan sang Imam agar tidak
menghilang,”
Banta
Seudang pun tinggal di balai itu menunggu kedatangan para Wali. Ketika waktu
shalat Magrib tiba, para Wali tersebut datang untuk melaksanakan shalat. Banta
Seudang pun segera duduk di samping imam. Begitu imam selesai shalat, ia
langsung memegang tangannya.
Imam:“Hai,
Anak Muda! Kenapa kamu memegang tanganku?”
banta:‘Maaf, Tuan! Saya memegang tangan Tuan supaya tidak menghilang
banta:‘Maaf, Tuan! Saya memegang tangan Tuan supaya tidak menghilang
“Kalau
saya boleh bertanya, siapakah Tuan-tuan ini sebenarnya? Kenapa Tuan-tuan bisa
tiba-tiba muncul dan menghilang begitu saja?”
Imam:“Kami adalah para Aulia Allah,” jawab imam itu.engkau sendiri siapa? Kenapa bisa berada di tempat ini?”
banta:‘ “Saya Banta Seudang, Tuan! Saya hendak mencari obat mata untuk Ayah saya,” jawab Banta.
Imam:“Kami adalah para Aulia Allah,” jawab imam itu.engkau sendiri siapa? Kenapa bisa berada di tempat ini?”
banta:‘ “Saya Banta Seudang, Tuan! Saya hendak mencari obat mata untuk Ayah saya,” jawab Banta.
Imam
‘Memang kenapa mata kaki Ayahmu?” tanya imam itu.
banta:bukan
mata kaki tapi mata yang dikepala
imam: iay itu maksud saya
banta: “Mata ayah saya buta, Tuan! Saya ingin agar mata Ayah saya bisa melihat lagi.
imam: iay itu maksud saya
banta: “Mata ayah saya buta, Tuan! Saya ingin agar mata Ayah saya bisa melihat lagi.
Imam
“Engkau adalah anak yang berbakti. Baiklah kalau begitu, kamu tunggu di sini
saja. Nanti akan datang putting beliung ke balai ini. Ikuti puting beliung itu
ke mana pun pergi. Titip salam buat bapakmu ya dadadaa
Betapa
senang hati Banta Seudang mendapat petunjuk dari Wali itu. Tidak berapa lama ia
menunggu, tiba-tiba datanglah puting beliung ke balai itu., Banta pun segera
naik ke atas puting beliung. Sang puting beliung melayang menyusuri hutan belantara
menuju ke sebuah lembah di mana terdapat sebuah sungai yang sangat jernih
airnya. Di pinggir sungai terdapat sebuah pohon besar yang dihuni oleh Jin Pari
yang memiliki baju terbang. Melihat kedatangan Banta bersama puting beliung
itu, Jin Pari pun segera menyambut mereka.
“Jangan
takut, Anak Muda! Aku sudah tahu maksud kedatanganmu kemari. Kamu ingin mencari
obat mata untuk Ayahmu bukan?” tanya Jin Pari kepada Banta.
“Benar,
Jin Pari, kok jin bisa tau dukun ya ,
ayo ngaku!” jawab Banta.
“enak
saja kalau ngomong, cepatlah mendekat dan perhatikan. Aku tahu cara untuk
menyembuhkan mata Ayahmu. Menurut ilmu geologi dan geofisika obat untuk mata yg
terluka adalah bunga bangkawali yang ada di sungai ciamis sebelah timur
“Bagaimana
saya bisa mendapatkannya, Jin?” tanya Banta bingung
jin: kau harus datang setiap hari jumat karena setiap hari jumat ada tujuh putri raja dari negeri lain datang ke sungai itu untuk mandi-mandi. Untuk menjaga sungai itu, raja negeri lain menugaskan seorang perempuan tua bernama Mak Toyo. Ia tinggal di sekitar sungai itu. Setiap kali ketujuh putri raja selesai mandi di sungai itu, Mak Toyo turun ke sungai untuk menepuk air tiga kali. Setelah itu bunga ajaib ‘bangkawali’ akan muncul di atas permukaan air. Oleh karena itu, Banta harus meminta bantuan Mak Toyo untuk mendapatkan bunga ajaib itu.
jin: kau harus datang setiap hari jumat karena setiap hari jumat ada tujuh putri raja dari negeri lain datang ke sungai itu untuk mandi-mandi. Untuk menjaga sungai itu, raja negeri lain menugaskan seorang perempuan tua bernama Mak Toyo. Ia tinggal di sekitar sungai itu. Setiap kali ketujuh putri raja selesai mandi di sungai itu, Mak Toyo turun ke sungai untuk menepuk air tiga kali. Setelah itu bunga ajaib ‘bangkawali’ akan muncul di atas permukaan air. Oleh karena itu, Banta harus meminta bantuan Mak Toyo untuk mendapatkan bunga ajaib itu.
Pada
suatu malam, Jin Pari bersama Banta Seudang mendatangi tempat tinggal Mak Toyo.
Perempuan penjaga sungai itu pun bersedia membantu Banta mendapatkan bunga
bangkawali itu, tapi dengan satu syarat.
Jin
pari: mak mamak…. Eee mak bisakau kau menolong
banta untuk mendapatkan bunga bangkawali?
banta: tolonglah bantu aku mak
mak toyo:“Cucuku, jika ingin mendapatkan bunga bangkawali itu, kamu harus melakukan ritual dengan kejuju bidadari,”
banta: tolonglah bantu aku mak
mak toyo:“Cucuku, jika ingin mendapatkan bunga bangkawali itu, kamu harus melakukan ritual dengan kejuju bidadari,”
Setelah
mendapat penjelasan dari Mak Toyo, Jin Pari dan Banta pun mohon diri. Untuk
melaksanakan syarat Mak Toyo, Banta harus menunggu hingga hari jumat. Maka
ketika hari jumat tiba, ketujuh putri raja yang cantik-cantik tersebut datang
dengan baju terbang mereka hendak mandi di sungai. Usai berganti pakaian,
mereka lalu turun ke sungai dan berenang sambil tertawa bersuka ria.
kuning: jernih sekali ya airnya yunda
benar dinda: ayo kita bergegas
dkk: hahhhaaa……………….
kuning: jernih sekali ya airnya yunda
benar dinda: ayo kita bergegas
dkk: hahhhaaa……………….
Ketika
hari menjelang sore, ketujuh putri raja selesai mandi. Mereka pun segera
mengenakan baju terbang masing-masing lalu muncullah mak toyo bersama jin pari dan
banta
mak toyo: ampun putri
ungu: ada apa mak
jingga kenapa mak membawa orang orang ini
mak: banta seundang hendak meminta bunga bangkawali untuk obat ayahnya
hijau : enak saja, dia pikir dia siapa?
jin pari : ooooke lah kalau bebebegitu, kalau tidak boleh kita akan pergi
banta :tunggu jin, kita harus berusaha, masa baru begitu kamu sudah memyerah, ayolah jangan menyerah jangan menyerah oooo
jin: I bener bener bener
mak: tolong lah putri
nila: bagai mana ini ayo kita rundingkan
merah: baik lah jika kamu benar benar menginginkannya kau harus melaksanakan sebuah ritual
biru: bersiaplah anak muda
lalu ritual dilaksanakan
mak toyo: ampun putri
ungu: ada apa mak
jingga kenapa mak membawa orang orang ini
mak: banta seundang hendak meminta bunga bangkawali untuk obat ayahnya
hijau : enak saja, dia pikir dia siapa?
jin pari : ooooke lah kalau bebebegitu, kalau tidak boleh kita akan pergi
banta :tunggu jin, kita harus berusaha, masa baru begitu kamu sudah memyerah, ayolah jangan menyerah jangan menyerah oooo
jin: I bener bener bener
mak: tolong lah putri
nila: bagai mana ini ayo kita rundingkan
merah: baik lah jika kamu benar benar menginginkannya kau harus melaksanakan sebuah ritual
biru: bersiaplah anak muda
lalu ritual dilaksanakan
Merah:
kau memang pantas mendapatkan bunga ini, kuning tolong kau ambilkan bunganya
kuning: baik yunda
banta: terimakasih putri
“Mak Toyo! Aku sudah mendapatkan bunga bangkawali. Terima kasih atas kebaikanmu, Mak!” ucap Banta Seudang.
kuning: baik yunda
banta: terimakasih putri
“Mak Toyo! Aku sudah mendapatkan bunga bangkawali. Terima kasih atas kebaikanmu, Mak!” ucap Banta Seudang.
“Ya,
sama-sama. Segeralah bawa bunga ajaib itu untuk ayahmu!” kata Mak Toyo.
Banta:
wah terima kasih ya jin pari kau telah menemaniku dalam perjalanan ini
jin : aaaa kau tak usah sunkan aku aka selalu membantumu
banta: kalau begitu aku pulang dulu
mak toyo: tunggu, stop berhenti banta
banta: ada apa mak
mak toyo: perjalanan ini sangat berbahaya, dan membutuhkan waktu yang lama lebih baik kamu ikut dengan kami
jin: ih bener bener benr kami akan mengantarmu dengan senang hati
jin : aaaa kau tak usah sunkan aku aka selalu membantumu
banta: kalau begitu aku pulang dulu
mak toyo: tunggu, stop berhenti banta
banta: ada apa mak
mak toyo: perjalanan ini sangat berbahaya, dan membutuhkan waktu yang lama lebih baik kamu ikut dengan kami
jin: ih bener bener benr kami akan mengantarmu dengan senang hati
Jin Pari dan Banta Seudang terbang dengan menggunakan baju terbang, sedangkan Mak Toyo menunggangg puting beliung. Dalam waktu sehari, mereka pun tiba di negeri Banta Seudang ketika hari mulai gelap. Banta Seudang yang melihat rumahnya sepi dan tampak gelap, segera berteriak memanggil ibunya.
“Ibu..
Ibu! Banta sudah pulang membawa obat mata untuk ayah!” teriak Banta Seudang
dari depan rumahnya.
“Ya,
masuklah anakku! Ibu sedang sibuk memperbaiki lampu minyak,” teriak sang Ibu.
Banta
Seudang pun masuk ke dalam rumah bersama Mak Toyo dan Jin Pari.
“Kenapa
gelap begini? Di mana lampu minyaknya, Bu?” tanya Banta.
“Lampunya
kehabisan minyak. Ibu baru mengisinya,” jawab sang Ibu.
jin pari: ternyata banta dan ibunya miskin sekali ya
jin pari: ternyata banta dan ibunya miskin sekali ya
Mak
toyo: huss apa yang kau bicarakan
jin pari: oups keceplosan
jin pari: oups keceplosan
Beberapa
saat kemudian, lampu minyak itu pun menyala. Sang Ibu segera memeluk Banta
Seudang karena sudah lama sekali merindukannya. Banta Seudang pun memperkenalkan
Mak Toyo dan Jin Pari kepada kedua orangtuanya.
“Bu,
ini Mak Toyo dan Jin Pari. Merekalah yang telah membantu Banta mendapatkan obat
mata untuk ayah,” jelas Banta Seudang.
Ibu
Banta Seudang pun tidak lupa berterima kasih kepada Mak Toyo dan Jin Pari yang
telah membantu Banta Seudang.
“Bagaimana
keadaan ayah dan Ibu selama Banta pergi?” Banta Seudang kembali bertanya.
Mendengar
pertanyaan Banta, sang ibu terdiam sejenak. Dengan wajah sedih, sang Ibu
kemudian bercerita
ibu: selama kepergianmu, Pakcik tidak pernah lagi membantu kami, Terpaksalah s ibu harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan kami
Betapa sedih dan terharunya Banta Seudang mendengar cerita ibunya.
ibu: selama kepergianmu, Pakcik tidak pernah lagi membantu kami, Terpaksalah s ibu harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan kami
Betapa sedih dan terharunya Banta Seudang mendengar cerita ibunya.
Banta:
ternyata benar benar keterlaluan
jin pari: siapa yang keterlaluan
mak:kau ini bagaimana tentu pak jiknya yang ketrrlaluan
jin: ooh begitu
jin pari: siapa yang keterlaluan
mak:kau ini bagaimana tentu pak jiknya yang ketrrlaluan
jin: ooh begitu
“Benar,
anakku! Pakcikmu memang sungguh keterlaluan dan tidak tahu diri. Seandainya
Ayah tidak buta begini, Ayah pasti sudah menghajarnya,” sahut sang Ayah dengan
geram.
“Sabar,
Ayah! Banta sudah membawakan obat mata untuk Ayah,” kata Banta menenangkan hati
sang ayah.
Setelah
keadaan tenang, Banta Seudang segera mengambil semangkuk air, lalu mencelupkan
bunga bangkawali yang ia bawa ke dalam mangkuk. Setelah beberapa saat, ia
mengusapkan air dari mangkuk itu ke mata ayahnya hingga tiga kali.
“Ayah!
Cobalah buka mata Ayah pelan-pelan!” pinta Banta Seudang.
Sang
Ayah pun pelan-pelan membuka matanya. Sungguh ajaib, matanya dapat melihat
seketika. Alangkah bahagianya sang Ayah dapat melihat wajah putranya.
“Sejak
kamu dilahirkan, barulah kali ini Ayah bisa melihat wajahmu, Anakku! Ayah
sangat bangga padamu. Berkat usaha dan perjuanganmu, mata Ayah dapat melihat
kembali seperti semula,” ucap sang Ayah seraya merangkul Banta Seudang.
“Seharusnya,
Ayah berterima kasih kepada Mak Toyo dan Jin Pari, karena merekalah yang telah
membantu Banta mendapatkan bunga bangkawali itu,” kata Banta Seudang.
ayah: terimakasaih ya mak toyo, jin pari
jin pari: oooh jangan terlalu memuji
ayah: terimakasaih ya mak toyo, jin pari
jin pari: oooh jangan terlalu memuji
Setelah
berterima kasih kepada Mak Toyo dan Jin Pari, sang Ayah pun membuka rahasia
mengenai siapa diri mereka sebenarnya.
“Ketahuilah,
anakku! Sebenarnya, Ayah adalah Raja negeri ini. Sejak mata Ayah buta akibat
terkena ranting kayu ketika berburu di hutan, kerajaan Ayah serahkan kepada
Pakcikmu. Namun, ketika menjadi Raja, Pakcikmu telah lupa diri dan mencampakkan
kita,” ungkap sang Ayah.
banta: benarkah itu ayah, wah bangga sekali aku mempunyai ayah seorang raja!!!!
banta: benarkah itu ayah, wah bangga sekali aku mempunyai ayah seorang raja!!!!
Betapa
terkejutnya Banta Seudang mendengar penjelasan ayahnya. Ia baru mengerti bahwa
ternyata ayahnya adalah seorang raja. Selama ini ia mengira bahwa pakciknya
adalah seorang raja yang baik, karena telah memenuhi kebutuhan keluarganya.
Namun, ternyata pakciknya adalah seorang raja yang licik dan serakah.
Mengetahui keadaan yang sebenarnya, Bangka Seudang pun berniat membantu ayahnya
untuk mengembalikan tahta kerajaan kepada ayahnya. Demikian pula Mak Toyo dan
Jin Pari yang setelah mendengar cerita ayah Banta Seudang, juga bersedia ikut
membantu.
jin pari: jangan hawatir aku dan mak toyo akan membantu kalian
mak toyo: iya kami sebagai manusia yang berbakti akan membantu kalian
ibu: terimakasih banyak
jin pari: kalau begitu ayo kita berangkat lets go
jin pari: jangan hawatir aku dan mak toyo akan membantu kalian
mak toyo: iya kami sebagai manusia yang berbakti akan membantu kalian
ibu: terimakasih banyak
jin pari: kalau begitu ayo kita berangkat lets go
mereka
pun berangkat ke istana. Ayah dan ibu Banta Seudang terbang bersama Jin Pari
dengan menggunakan baju terbang. Sedangkan Banta Seudang dan Mak Toyo
menunggang puting beliung. Sesampainya di istana, alangkah terkejutnya sang
Raja saat melihat kedatangan sang kakak bersama rombongannya. Apalagi setelah
mengetahui kedua mata kakaknya dapat melihat kembali.
“Apa
maksud kedatangan Kakak kemari?” tanya sang Raja.
“Hai,
Adikku! Engkau memang adik yang tidak tahu diri. Kakak berikan tahta kerajaan
ini untuk sementara, tapi engkau malah mencampakkan Kakak bersama permaisuri
dan putraku selama bertahun-tahun. Kini saatnya Kakak harus mengambil kembali
tahta kerajaan ini!” seru sang Kakak.
banta: pak cik memangbenar benar katerlaluan
ibu: sudahlah anakku, lebih baik kau jangan ikut campur urusan orang dewsa
banta: tapi bu
banta: pak cik memangbenar benar katerlaluan
ibu: sudahlah anakku, lebih baik kau jangan ikut campur urusan orang dewsa
banta: tapi bu
“Ha…
ha… ha…! Akulah penguasa negeri ini. Tidak akan ada yang bisa menggantikanku
sebagai Raja. Aku memiliki banyak pengawal dan prajurit. Tapi, kalau Kakak
berani merebut kembali tahta ini, hadapi dulu para pengawal dan prajuritku!” seru
sang Raja sambil tertawa terbahak-bahak dengan angkuhnya.
Mak
Toyo dan Jin Pari yang juga hadir di tempat itu sangat geram melihat keangkuhan
sang Raja.
jin pari: wah kurang waras juga orang ini
mak toyo: ayo kita beri pelajaran
jin pari: wah kau pintar juga walau sudah tua, kau mau beri pelajaran apa mtk,ips, atau bahasa
mak toyo: bukan itu maksukdu dasar geblek, maksudku kita menghajarnya
jin pari: baiklah, aku sudah tidak sabar
Oleh karena mereka mengetahui permasalahan yang sebenarnya, tanpa diperintah ayah Banta Seudang, mereka langsung menyerang sang Raja. Dengan satu pukulan saja, sang Raja pun jatuh tersungkur tidak sadarkan diri di depan singgasananya. Para pengawal raja yang melihat peristiwa itu, tak seorang pun yang mau membantu sang Raja, karena mereka juga mengetahui keadaan sebenarnya.
jin pari: wah kurang waras juga orang ini
mak toyo: ayo kita beri pelajaran
jin pari: wah kau pintar juga walau sudah tua, kau mau beri pelajaran apa mtk,ips, atau bahasa
mak toyo: bukan itu maksukdu dasar geblek, maksudku kita menghajarnya
jin pari: baiklah, aku sudah tidak sabar
Oleh karena mereka mengetahui permasalahan yang sebenarnya, tanpa diperintah ayah Banta Seudang, mereka langsung menyerang sang Raja. Dengan satu pukulan saja, sang Raja pun jatuh tersungkur tidak sadarkan diri di depan singgasananya. Para pengawal raja yang melihat peristiwa itu, tak seorang pun yang mau membantu sang Raja, karena mereka juga mengetahui keadaan sebenarnya.
Ketika
sadarkan diri, sang Raja bersama keluarganya diusir dari istana.
ayah: cepat kau pergi dari sini!!!!!
Ayah Banta Seudang pun kembali menjadi raja menggantikan adiknya yang serakah dan angkuh itu. Akhirnya, Banta Seudang bersama keluarganya kembali tinggal di istana dan ia pun bisa bersekolah. Sementara Mak Toyo dan Jin Pari diangkat sebagai pengawal istana.
ayah: cepat kau pergi dari sini!!!!!
Ayah Banta Seudang pun kembali menjadi raja menggantikan adiknya yang serakah dan angkuh itu. Akhirnya, Banta Seudang bersama keluarganya kembali tinggal di istana dan ia pun bisa bersekolah. Sementara Mak Toyo dan Jin Pari diangkat sebagai pengawal istana.
Demikian
cerita Banta Seudang dari Daerah Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia. Cerita di
atas termasuk kategori dongeng yang mengandung pesan-pesan moral yang dapat
dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Setidaknya ada tiga pesan moral
yang dapat dipetik dari cerita di atas, yaitu keutamaan sifat berbakti kepada
orangtua, ganjaran yang diperoleh dari suka bekerja keras dan akibat buruk dari
sifat tidak tahu diri.
Pertama,
keutamaan sifat berbakti kepada orangtua. Sifat ini ditunjukkan oleh sifat dan
perilaku Banta Seudang yang telah berusaha menyembuhkan mata ayahnya.
Dikatakan
dalam tunjuk ajar Melayu:
apa
tanda Melayu jati,kepada ibu bapa ia berbaktiapa tanda Melayu
menakah,memelihara ibu bapa tahan bersusah
Kedua,
ganjaran yang diperoleh dari suka bekerja keras. Sifat ini ditunjukkan oleh
sikap dan perilaku Banta Seudang. Berkat kerja keras dan kesungguhannya, ia
berhasil menyembuhkan mata ayahnya.
Dikatakan
dalam tunjuk ajar Melayu:
wahai
ananda kesayangan ayah,bekerja jangan ingatkan susahtahankan olehmu penat dan
lelahsupaya kelak hidupmu menakah
Ketiga,
akibat buruk dari sifat tidak tahu diri. Sifat ini ditunjukkan oleh sikap dan
perilaku Pakcik Banta Seudang. Ia diberi kekuasaan untuk menduduki tahta
kerajaan, malah justru mengabaikan kakaknya. Akibatnya, ia pun diusir dari
istana ketika mata kakaknya sembuh dari kebutaan.
Dikatakan
dalam tunjuk ajar Melayu:[1]
apa
tanda orang celaka,tak tahu diri besar kepala bila bercakap mengada-adabila
bekerja tidak menyudah
apa
tanda orang terbuang,tak tahu diri iman pun kurangbergaul tidak tahu
menenggangberjalan seiring ia menendang
Is it safe to play spades online? - Videodl.cc
BalasHapusIs it safe to play spades online? · Card Game · The rules of Spades · Related Articles. In this page we are introducing some new and exciting games for youtube to mp3 320